Tuesday, 7 January 2020

Siapakah Nusaibah? Kisah yang sedih dan meruntun jiwa!!!

WANITA YANG KEMATIANNYA DISAMBUT PARA MALAIKAT
Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali tentang perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk juga bisa menteladani beliau, wanita yang ‘berhati baja’.
Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan.
Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.
Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.
“Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”
Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.
“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”
Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.
Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.
“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. Beliau syahid…”
Nusaibah tertunduk sebentar,
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”
Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,
“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”
Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.
*“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”*
Mata Amar bersinar-sinar. *“Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”*
Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.
“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”
Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. *“Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”*
Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.
Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”
Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”
“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”
Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”
Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, *“Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”*
Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. *“Kau tidak takut, nak?..”*
Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.
Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.
Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya.
*“Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”*
Sang utusan mengerutkan keningnya.
*“Tapi engkau wanita, ya Ibu….”*
Nusaibah tersinggung, *“Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”*
Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.
Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.
*“Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”*
Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.
Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.
Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.
Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya.
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.
Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.
Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.
Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu.
Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”
Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, *“Bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”*
“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”
“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”
*“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”*
Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.
Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.
*Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.*
Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,
*“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”*
Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur’an

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur’an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasihati anaknya tentang hakikat hidup.
  1. “Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lazatnya berdzikir.”
  2. “Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya.”
  3. “Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menguruskan jena-zah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu.”
  4. “Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya.”
  5. “Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan.”
  6. “Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang.”
  7. “Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi.
Kalimat itu adalah:
  • Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
  • Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
  • Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
  • Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
  • Ingatlah Allah selalu.
  • Ingatlah maut yang akan menjemputmu
  • Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
  • Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.
6 Nasihat Luqman Al-Hakim Kepada Puteranya Dalam Surah Luqman.
Pernahkah anda mendengar kisah Luqman Al-Hakim sebelum ini dan siapakah beliau yang sebenarnya ?
Saya pasti ramai di antara kita yang sudah biasa dengan nama Luqman Al-Hakim, dan mungkin juga ada yang baru pertama kali mendengarnya.
“Bermacamlah pendapat ahli Tafsir mengenai sejarah Luqman .Ada yang mengatakan dia Nabi pada masa antara Isa dan Muhammad s.a.w . Ada yang mengatakan kadi pada masa Bani Israil dan lain-lain pendapat. Tapi pendapat yang paling banyak mengatakan, bahawa Luqman bukanlah Nabi, tapi seorang yang diberi allah ‘HIKMAH’ yang hidup pada masa Nabi Daud a.s”.
Menurut Ibnu Kathir, Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba yang soleh, kuat beribadat, mempunyai kebijaksanaan yang luar biasa dan sangat suka berkongsi nasihat sehinggakan terdapat sebuah surah yang khusus di dalam Al-Quran yang menceritakan tentang kisah beliau beserta nasihat yang disampaikan kepada anaknya.
Nasihat Luqman kepada anaknya, tersebut didalam Al-Quran, surah Luqman ayat 13-19. Jom kita lihat apakah nasihat disampaikan kepada anaknya.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, dikala sedang memberinya nasihat, (katanya) :
Hai anakku! Janganlah engaku mempersekutukan allah, kerana sesungguhnya syirik itu adalah suatu penganiayaan yang besar.
Dan kami wajibkan manusia (taat) kepada ibubapa, ibunya yang telah mengandungkannya (dengan menderita) lemah bertambah lemah dan berhenti menyusukannya dalam masa dua tahun (kami perintahkan): “Hendaklah engkau bersyukur kepada ku dan kepada ibubapa mu, kepada kulah tempat kembali.
Dan jika keduanya memaksamu supaya engkau mempersekutukan aku (dengan sesuatu) tanpa ada pengetahuanmu padanya, tapi gantilah keduanya dengan baik dalam (urusan) dunia, turutlah jalan orang yang kembalimu, maka aku akan mengabarkan kepadamu segala apa yang telah kamu kerjakan.
Hai anakku! “Sesungguhnya jika ada (amal-amal) itu sebesar biji sawi (sekalipun), biar adanya didalam batu, atau dilangit, ataupun dibumi, nescaya allah akan tunjukkan (memperlihatkannya).Sesungguhnya allah maha halus lagi maha mengetahui”.
Hai anakku! “Dirikanlah solat dan suruhlah (manusia) berbuat kebajikan dan laranglah dari perbuatan yang mungkar dan sabarlah atas sesuatu (musibah) yang menimpamu.Sesungguhnya yang demikian itu adalah dari urusan-urusan yang dipastikan (allah).
Dan janganlah engkau memalingkan pipimu dari manusia (kerana sombong) dan janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.

Di Antara Kekuasaan Allah

*وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (الملك)
سسوڠݢوهڽ کامي تله مڠهياسي لاڠيت دکت دڠن بينتڠ٢، دان کامي جاديکن بينتڠ٢ ايت الة٢ ڤليمڤر شيطان، دان کامي سدياکن باݢي مريک سيکسا نراک يڠ مڽالا-ڽالا
*وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ (الحجر)
دان سسوڠݢوهڽ کامي تله منچيڤتاکن ݢوݢوسن بينتڠ٢ دلاڠيت دان کامي تله مڠهياسي لاڠيت ايت باݢي اورڠ٢ يڠ ممندڠڽ
چنتيق کن؟؟
ايتوله انتارا تندا٢ ککواساءن الله باݢي قوم يڠ ممهميڽ
#توليسن واريسن ملايو


#ڤرکاساکن توليسن جاوي

Thursday, 19 October 2017

الجداول لمجرد ومزيد







يفعَل

فَعَلَ




ثلاثي


مجرد
(ما كانت جميع حروفه أصلية)

يفعِل

يفعُل

يفعَل
فَعِلَ


يفعِل

يفعُل
فَعُلَ


يُفَعلِلُ
فعلَلَ

رباعي








أفعل

حرف واحد

ثلاثي




مزيد
(ما زيد فيه أكثر على حروفه الأصلية)


فاعل


فعّل


انفعل


حرفان


افتعل


افعلّ


تفاعل


تفعّل

يستفعِل
استفعل

ثلاثة أحرف

يَفعَوعِلُ
افعوعَل

يَفعَالُّ
افعالّ

يَتَفَعلَلُ
تَفَعلَلَ
حرف واحد

رباعي

يَفعَنلِلُ
افعَنلَلَ
حرفان

يَفعَلِلُّ
افعَلَلَّ

Tuesday, 25 October 2016

المفعول لأجله


المفعول لأجله/ المفعول له/ المفعول من أجله
وهو مصدر منصوب يأتي لبيان سبب حدوث الفعل أو ما دل على الحدوث ( أي يقع في جواب "لم" حدث الفعل)
فتقول: قمت احتراما لمعلمي
الأصل: قمت لإحترام المعلم

أوجه المفعول لأجله
أوجه
تعريف
نحو
1) الوجه الأول
أن يأتي نكرة مجردا من ألأ التعريف والإضافة
زرتك شوقا إليك
يجوز فيه الجر: زرتك للشوق إليك
2) الوجه الثاني
أن يأتي معرفا بألأ التعريف والأنسب فيه أن يكون مجرورا
قمت برحلة للاستجمامِ
تقول أيضا: قمت برحلة الاستجمامَ
3) الوجه الثالث
أن يأتي مضافا وهذا يتساوى فيه النصب والجر
ترويت في كتابي خشيةَ الخطأ
تقول أيضا: ترويت في كتابي لخشيةِ الخطأ
 




تقديم المفعول لأجله
يجوز للمفعول لأجله أن يتقدم على عامله سواء أكان منصوبا أم مجرورا
نحو- اعترافاً بفضلك أكرمتك
     شفقةً عليه أعطيته مالاً 

حذف المفعول لأجله
يمكن أن يحذف المفعول لأجله ويبقى لفظ يدل عليه ويغلب هذا الحذف قبل مصدر مؤول من أن وما بعدها
نحو-   ( يبين الله لكم أن تضلوا ]  النساء ١٧٦[

أي يبين الله لكم خشيةَ أن تضلوا

المفعول به

المفعول به
وهو ما يقع عليه فعل الفاعل في حالة إثبات أو حالة نفي وحكمه النصب
حالة إثبات: أكرمتُ الضيفَ     حالة نفي: ما أكرمتُ الضيفَ

أقسام الفعل من جهة المفعول به
أقسام
تعريف
نحو
إعراب
فعل لازم
وهو ما يكتفي بفعاله ولا يقع على مفعول به
ركض المتسابقون

- عاد المسافرون
- نام الطلاب
- جلس الرجل
ركض: فعل ماض مبني على الفتح
المتسابقون: فاعل ركض مرفوع وعلامة رفعه الواو لنه جمع مذكر سالم
فعل متعد

(وينقسم إلى قسمين)
أ) فعل متعد بحرف جر أي لا يكون المفعول مفعولا صريحا منصوبا
أتيت بالكتاب
أتى: فعل ماض مبني على السكون لاتصاله باتاء المتحركة، والتلء ضمير متصل مبني على الضم في محل رفع فاعل
بالكتاب: جار ومجرور (مفعول به)

ب) فعل معتد يقع على المفعول به مباشرة من غير واسطة فيكون المفعول به منصوبا إذا كان:

١) مفردا



٢) مبنيا



٣) جملة



٤) شبه جملة





حارب أبو بكر المرتدين


شجعت هؤلاء



علمت أنك مثابر



يظن البخيل السعادة في جمع المال




المرتدين: مفعول به منصوب وعلامة نصبه الياء لأنه جمع مذكر سالم

هؤلاء: اسم اشارة مبني على الكسر في محل نصب مفعول به

المصدر مؤول من: أنك مثابر في محل نصب مفعول به
والتقدير: علمت مثابَرَتَك

السعادة: مفعول به أول منصوب
في جمع المال: شبه الجملة من الجار والمجرور والمضاف إلأيه في محل نصب مفعول به ثان


أقسام الفعل المعتدي من حيث عدد المفاعيل

إعراب
نحو
تعريف
أقسام

الغرفة: مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة
أغلقت الغرفة
لا يقع إلا على مفعول واحد
متعد إلى مفعول واحد
1
أعطى: فعل ماض مبني على السكون لاتصاله بالتاء المتحركة، والتاء ضمير متصل مبني في محل رفع فاعل
المريض: مفعول به أول منصوب وعلامة نصبه الفتحة
جرعة: مفعول به ثان منصوب وعلامة نصبه الفتحة
أعطيت المريض جرعةً



ا) قسم يأخذ مفعولين ليس أصلهما مبتدأ وخبرا

 ( منح، وهب، كسا، ألبس، سأل، علّم)
متعد إلى اثنين

(ينقسم إلى قسمين)





الكاف: ضمير متصل مبني في محل نصب مفعول به أول
مناضلا: مفعول به ثان منصوب

الدراسة: مفعول به أول منصوب
سهلة: مفعول به ثاني منصوب

الصديق: مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة
أخا: مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة




علِّمْتُكَ مُنَاضِلاً





ظننت الدراسة سهلة




صِيرْتُ الصديق أخاً
ب)قسم يأخذ مفعولين أصلهما مبتدأ وخبر

١) أفعال القلوب
·       أفعال اليقين لتيقن وقوع الفعل



·       أفعال الرجحان حدوث الفعل، وتعرف بــ ظن وأخواتها

٢) أفعال التحويل
(وتفيد تحويل الشيء من حال إلى حال)

(صير، جعل، حول، ردّ، ترك)


الكاف: ضمير متصل مبني على الفتح في محل نصب مفعول به
الخبرَ: مفعول به ثان منصوب
صادقا: مفعول به ثالث منصوب

وأصل الثاني والثالث مبتدأ وخبر: الخبر صادق
أعلمتك الخبرَ صادقاً
ويشمل: أعلم ( بزيادة همزة على علم) أنبأ، نبأ، أخبر، خبّر، حدّث. والمفعول الثاني زالثالث أصلهما مبتدأ وخبر
معتد إلى ثلاثة مفاعيل










أفعال الظن –ظنّ ، خال، حَسِب، زعم، جعل، هبْ
أفعال اليقين- رأى، علِم، وجد، ألفى، تعلم
أفعال التحويل- صيّر، حوّل، جعل، ردّ، اتخذ، تخِذ